Minggu, 05 Januari 2014

Laraku Terkubur Bersama Kenangan


“Perjalanan hidup yang berat membuatku putus asa dan kecewa, tetesan air mata tidak pernah berhenti menemaniku setiap saat.  Aku hanyalah seoarang istri yang selalu diperlakukan buruk oleh suamiku, tidak pernah sekalipun aku mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari suami layaknya pasangan suami-istri lainnya.  Selintas orang mungkin berpendapat hubunganku dan suami baik-baik saja, akan tetapi jika mereka melihat dibalik kain yang menutup tubuhku mungkin mereka akan terharu dan mungkin juga akan menitikkan air mata karena melihat goresan-goresan bekas pukulan yang layangkan oleh suamiku.  Bagiku setiap goresan yang hadir ditubuhku merupakan kekalahan terbesar yang ada dalam garis hidupku.  Semua ini kurasakan semenjak suamiku dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan dikarenakan sakit yang dideritanya, mungkin dia merasa malu dan terpukul dengan kenyataan itu sehingga selalu memperlakukanku dengan buruk.  Tapi sejujurnya jauh dilubuk hatiku aku tidak pernah kecewa ataupun menyesal telah menjadi pendamping hidupnya, hanya saja suamiku tidak pernah mau mendengar dan bahkan tidak percaya pada kesungguhan cintaku padanya.


Mungkin aku tidak seberuntung wanita-wanita lain dikampungku yang kecil Benteng Anyer dan sedikit jauh dari pusat kecamatan Manyak Payed.  Aku seorang ibu rumah tangga yang sudah lima belas tahun tidak dikaruniai anak oleh tuhan.  Suamiku hanyalah seorang kepala rumah tangga yang pekerjaannya sehari-hari hanya berkebun dan bersawah.  Untuk makan sehari-hari aku dan suamiku hanya bertumpu pada hasil kebun sayur mayur yang ditanam oleh suamiku.  Setiap hari suamiku menjual sayuran ke pasar dikecamatan dan hasilnya terkadang hanya cukup untuk beli lauk ala kadarnya, tapi bukan itu yang membuatku mengeluh menjalani hidupku yang sekarang ini karena bagiku asalkan suamiku selalu ada disisiku maka apapun yang terjadi pasti akan kuhadapi dengan ikhlas.

Hingga pada suatu hari saat mengikuti wirid didesaku seperti biasanya diadakan disetiap hari jum’at sore ada musyawarah mengenai program PNPM yang telah lama terdengar tapi bagiku baru kali ini ikut serta dalam musyawarah tersebut.  Dalam musyawarah tersebut disampaikan mengenai pinjaman dana dari program PNPM kepada kelompok perempuan yang punya usaha dan membutuhkan modal untuk usaha, kemudian terbersit dalam hatiku ingin ikut serta dalam program tersebut karena ingin melakukan suatu usaha yang dulu pernah aku lakukan sewaktu aku masih sendiri belum berkeluarga.  Aku memberanikan diri meminta izin pada suamiku untuk meminjam modal pada program PNPM untuk usaha buka warung seperti yang dulu pernah aku jalani dan alhamdulillah suamiku mengizinkan aku.

Akhirnya aku bergabung dalam sebuah kelompok simpan pinjam yang beranggotakan 7 orang, setelah setahun terbentuk baru akhirnya kelompok simpan pinjamku diizinkan untuk mendapatkan modal usaha yang telah lama kami idamkan.  Sebagai pemula aku hanya memberanikan diri untuk meminjam modal usaha sebesar Rp. 3.000.000,- yang kemudian aku gunakan untuk membuka usaha warung kecil-kecilan yang telah lama aku idam-idamkan.

Perlahan namun pasti usaha warungku berjalan dengan lancar dan semakin maju, dan sangat membuatku bahagia ialah sikap suamiku yang mulai berubah dan menjadi lebih semangat menekuni pekerjaannya serta membantuku mengelola usaha warungku.  Ada sedikit kepuasan yang tidak dapat aku ungkapkan dengan kata-kata akan tetapi jelas terlihat dari raut wajahku yang selalu ceria dan tanpa beban.

Setelah hampir setahun aku telah memiliki tabungan yang bisa dikatakan lumayan dan aku serta suami berniat membuka usaha baru yaitu jual beli buah sawit yang kebetulan didesaku merupakan daerah perkebunan yang dominan berkebun buah sawit akan tetapi aku dan suami tetap akan membuka warung dirumahku seperti biasanya karena dari situlah awal berkembangnya kehidupan kami.  Setelah masa pinjaman setahun aku dan kelkompok simpan pinjamku kembali mengajukan pinjaman yang lebih besar dan aku juga mencoba meminjam dengan jumlah yang lebih besar yaitu Rp. 10.000.000,- dan alhamdulillah pengajuan pinjaman kelompok kami setelah diverifikasi oleh tim dinyatakan layak untuk mendapat pinjaman lagi.  Bahagianya hatiku karena akhirnya aku dan suami bisa menjalankan usaha yang telah kami rencanakan sebelumnya. Usaha warung dan jual beli buah sawitku berjalan dengan baik dan lancar sehingga keuanganku dan suami bisa dikatakan mengalami kemajuan sehingga kami bisa membeli sebidang sawah dan kebun sawit.

Perjalanan yang panjang dan penuh lika liku akan tetapi bagiku memberikan hikmah dan berkah yang tiada terkira untukku dan keluargaku.  Terima kasih PNPM karenamu aku dan suami bisa hidup bahagia dan saling menghargai serta mengisi antara satu dan yang lainnya.  Biarlah laraku ku simpan dalam kenagan yang sesekali akan ku ingat sebagai alat untuk memotivasiku menjadi lebih kuat, tegar dan sabar dalam menjalani hidup ini karena aku percaya tuhan punya cara tersendiri untuk membahagiakan aku ...........”

Oleh:
Hilda Afriyanti, SP
Fasilitator Kecamatan Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar