“Perjalanan hidup yang berat membuatku putus asa
dan kecewa, tetesan air mata tidak pernah berhenti menemaniku setiap saat. Aku hanyalah seoarang istri yang selalu
diperlakukan buruk oleh suamiku, tidak pernah sekalipun aku mendapatkan kasih
sayang dan perhatian dari suami layaknya pasangan suami-istri lainnya. Selintas orang mungkin berpendapat hubunganku
dan suami baik-baik saja, akan tetapi jika mereka melihat dibalik kain yang
menutup tubuhku mungkin mereka akan terharu dan mungkin juga akan menitikkan
air mata karena melihat goresan-goresan bekas pukulan yang layangkan oleh
suamiku. Bagiku setiap goresan yang
hadir ditubuhku merupakan kekalahan terbesar yang ada dalam garis hidupku. Semua ini kurasakan semenjak suamiku
dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan dikarenakan sakit yang dideritanya,
mungkin dia merasa malu dan terpukul dengan kenyataan itu sehingga selalu
memperlakukanku dengan buruk. Tapi
sejujurnya jauh dilubuk hatiku aku tidak pernah kecewa ataupun menyesal telah
menjadi pendamping hidupnya, hanya saja suamiku tidak pernah mau mendengar dan
bahkan tidak percaya pada kesungguhan cintaku padanya.
Mungkin aku tidak seberuntung wanita-wanita lain
dikampungku yang kecil Benteng Anyer dan sedikit jauh dari pusat kecamatan
Manyak Payed. Aku seorang ibu rumah
tangga yang sudah lima belas tahun tidak dikaruniai anak oleh tuhan. Suamiku hanyalah seorang kepala rumah tangga
yang pekerjaannya sehari-hari hanya berkebun dan bersawah. Untuk makan sehari-hari aku dan suamiku hanya
bertumpu pada hasil kebun sayur mayur yang ditanam oleh suamiku. Setiap hari suamiku menjual sayuran ke pasar
dikecamatan dan hasilnya terkadang hanya cukup untuk beli lauk ala kadarnya,
tapi bukan itu yang membuatku mengeluh menjalani hidupku yang sekarang ini
karena bagiku asalkan suamiku selalu ada disisiku maka apapun yang terjadi
pasti akan kuhadapi dengan ikhlas.
Hingga pada suatu hari saat mengikuti wirid
didesaku seperti biasanya diadakan disetiap hari jum’at sore ada musyawarah
mengenai program PNPM yang telah lama terdengar tapi bagiku baru kali ini ikut
serta dalam musyawarah tersebut. Dalam
musyawarah tersebut disampaikan mengenai pinjaman dana dari program PNPM kepada
kelompok perempuan yang punya usaha dan membutuhkan modal untuk usaha, kemudian
terbersit dalam hatiku ingin ikut serta dalam program tersebut karena ingin
melakukan suatu usaha yang dulu pernah aku lakukan sewaktu aku masih sendiri
belum berkeluarga. Aku memberanikan diri
meminta izin pada suamiku untuk meminjam modal pada program PNPM untuk usaha
buka warung seperti yang dulu pernah aku jalani dan alhamdulillah suamiku
mengizinkan aku.
Akhirnya aku bergabung dalam sebuah kelompok simpan
pinjam yang beranggotakan 7 orang, setelah setahun terbentuk baru akhirnya
kelompok simpan pinjamku diizinkan untuk mendapatkan modal usaha yang telah
lama kami idamkan. Sebagai pemula aku
hanya memberanikan diri untuk meminjam modal usaha sebesar Rp. 3.000.000,- yang
kemudian aku gunakan untuk membuka usaha warung kecil-kecilan yang telah lama
aku idam-idamkan.
Perlahan namun pasti usaha warungku berjalan dengan
lancar dan semakin maju, dan sangat membuatku bahagia ialah sikap suamiku yang
mulai berubah dan menjadi lebih semangat menekuni pekerjaannya serta membantuku
mengelola usaha warungku. Ada sedikit
kepuasan yang tidak dapat aku ungkapkan dengan kata-kata akan tetapi jelas
terlihat dari raut wajahku yang selalu ceria dan tanpa beban.
Setelah hampir setahun aku telah memiliki tabungan
yang bisa dikatakan lumayan dan aku serta suami berniat membuka usaha baru
yaitu jual beli buah sawit yang kebetulan didesaku merupakan daerah perkebunan
yang dominan berkebun buah sawit akan tetapi aku dan suami tetap akan membuka
warung dirumahku seperti biasanya karena dari situlah awal berkembangnya
kehidupan kami. Setelah masa pinjaman
setahun aku dan kelkompok simpan pinjamku kembali mengajukan pinjaman yang
lebih besar dan aku juga mencoba meminjam dengan jumlah yang lebih besar yaitu
Rp. 10.000.000,- dan alhamdulillah pengajuan pinjaman kelompok kami setelah
diverifikasi oleh tim dinyatakan layak untuk mendapat pinjaman lagi. Bahagianya hatiku karena akhirnya aku dan
suami bisa menjalankan usaha yang telah kami rencanakan sebelumnya. Usaha warung
dan jual beli buah sawitku berjalan dengan baik dan lancar sehingga keuanganku
dan suami bisa dikatakan mengalami kemajuan sehingga kami bisa membeli sebidang
sawah dan kebun sawit.
Perjalanan yang panjang dan penuh lika liku akan
tetapi bagiku memberikan hikmah dan berkah yang tiada terkira untukku dan
keluargaku. Terima kasih PNPM karenamu
aku dan suami bisa hidup bahagia dan saling menghargai serta mengisi antara
satu dan yang lainnya. Biarlah laraku ku
simpan dalam kenagan yang sesekali akan ku ingat sebagai alat untuk
memotivasiku menjadi lebih kuat, tegar dan sabar dalam menjalani hidup ini
karena aku percaya tuhan punya cara tersendiri untuk membahagiakan aku
...........”
Oleh:
Hilda Afriyanti, SP
Fasilitator Kecamatan Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar