Dikampung Aras Sembilan
terdapat sungai dan disungai itu ada sembilan arus sungai yang sangat
deras sehingga sulit untuk dilewati dengan alat transportasi, adapun alat
transportasi pada saat itu adalah sampan yang terbuat dari kayu, sehinggga
masyarakat menamakan Kampung kami.Kata ARAS diambil dari bahasa daerah
yang artinya ARUS, maka jadilah Kampung itu
namanya ARAS SEMBILAN. Dan pada saat itu masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari harus pergi ke Kuala Simpang, yang akan menempuh waktu + 12 jam didalam perjalanan dan menggunakan alat transportasi satu – satunya yaitu sampan.Berkat kerja keras masyarakat Kampung Aras Sembilan, warga bergotong royong membuat jalan terobosan untuk menuju Kampung tetangga, yaitu Kampung Aras Sembilan pada tahun 1978.Hingga pada akhirnya tahun 1998 Kampung Aras Sembilan bisa dilalui kendaraan roda empat.Tapi sayang itu tidak berlangsung lama,karena jalan yang menuju Kampung kami sangat berbukit sehingga pada waktu musim hujan turun jalan tersebut sangat becek dan licin.Dan pada akhirnya jalan yang dibangun oleh warga rusak lagi,dan begitulah seterusnya. Kemudian pada 22 Desember 2006, terjadilah Banjir Bandang yang meluluh lantahkan kampung Aras Sembilan.Para warga kehilangan tempat tinggal dan harta benda dan warga terpaksa tinggal ditenda – tenda pengungsian,dan itu berlangsung selama + 1 tahun.Dan pada tahun 2007 berkat bantuan dari Pemerintah warga Kampung Aras Sembilan mendapat rumah bantuan.Tapi pihak Pemerintah meminta kepada warga untuk Relokasi,karna Kampung Aras Sembilan adalah daerah yang sangat rawan banjir.Pada akhirnya Datok Penghulu dibantu oleh Perangkat kampung memohon Kepada T. Yusni untuk memberikan tanah perkebunannya yang terletak diseberang Kampung Lubuk Sidup Kepada warga Kampung Aras Sembilan.Alhamdulillah permohonan itu dipenuhi oleh T. Yusni, maka bergotong royonglah warga untuk membuka hutan itu hingga selesai. Setelah itu pemerintah pun mulailah medirikan rumah – rumah bantuan untuk warga Kampung Aras sembilan.Setelah bangunan selesai, warga pun satu persatu mulai pindah ke Kampung yang baru dan rumah yang baru.Dengan harapan yang sangat besar agar peristiwa yang menyedihkan itu tidak akan terulang lagi.Dan atas kesepakatan para warga Kampung Aras Sembilan mereka memberi nama Kampung barunya dengan nama Kampung yang lama, yaitu ARAS SEMBILAN.Kini Kampung lama hanya tinggal sejarah,walau pun warga masih setiap harinya pulang ke kampung yang lama untuk mencari nafkah karna walau pun warga pindah tapi kebun mereka masih tetap tinggal kampung lama.Dan kini kampung lama kelihatan sepi dan tiada terawat lagi keindahannya, karna tiada lagi berpenghuni.
namanya ARAS SEMBILAN. Dan pada saat itu masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari harus pergi ke Kuala Simpang, yang akan menempuh waktu + 12 jam didalam perjalanan dan menggunakan alat transportasi satu – satunya yaitu sampan.Berkat kerja keras masyarakat Kampung Aras Sembilan, warga bergotong royong membuat jalan terobosan untuk menuju Kampung tetangga, yaitu Kampung Aras Sembilan pada tahun 1978.Hingga pada akhirnya tahun 1998 Kampung Aras Sembilan bisa dilalui kendaraan roda empat.Tapi sayang itu tidak berlangsung lama,karena jalan yang menuju Kampung kami sangat berbukit sehingga pada waktu musim hujan turun jalan tersebut sangat becek dan licin.Dan pada akhirnya jalan yang dibangun oleh warga rusak lagi,dan begitulah seterusnya. Kemudian pada 22 Desember 2006, terjadilah Banjir Bandang yang meluluh lantahkan kampung Aras Sembilan.Para warga kehilangan tempat tinggal dan harta benda dan warga terpaksa tinggal ditenda – tenda pengungsian,dan itu berlangsung selama + 1 tahun.Dan pada tahun 2007 berkat bantuan dari Pemerintah warga Kampung Aras Sembilan mendapat rumah bantuan.Tapi pihak Pemerintah meminta kepada warga untuk Relokasi,karna Kampung Aras Sembilan adalah daerah yang sangat rawan banjir.Pada akhirnya Datok Penghulu dibantu oleh Perangkat kampung memohon Kepada T. Yusni untuk memberikan tanah perkebunannya yang terletak diseberang Kampung Lubuk Sidup Kepada warga Kampung Aras Sembilan.Alhamdulillah permohonan itu dipenuhi oleh T. Yusni, maka bergotong royonglah warga untuk membuka hutan itu hingga selesai. Setelah itu pemerintah pun mulailah medirikan rumah – rumah bantuan untuk warga Kampung Aras sembilan.Setelah bangunan selesai, warga pun satu persatu mulai pindah ke Kampung yang baru dan rumah yang baru.Dengan harapan yang sangat besar agar peristiwa yang menyedihkan itu tidak akan terulang lagi.Dan atas kesepakatan para warga Kampung Aras Sembilan mereka memberi nama Kampung barunya dengan nama Kampung yang lama, yaitu ARAS SEMBILAN.Kini Kampung lama hanya tinggal sejarah,walau pun warga masih setiap harinya pulang ke kampung yang lama untuk mencari nafkah karna walau pun warga pindah tapi kebun mereka masih tetap tinggal kampung lama.Dan kini kampung lama kelihatan sepi dan tiada terawat lagi keindahannya, karna tiada lagi berpenghuni.
Kondisi jalan normal tapi dipenuhi dengan hutan dan semak belukar membuat
lintasan sangat memperihatinkan, dimana warga harus melintasi langsung dengan
berjalan kaki tanpa ada jalan maupun sarana pendukung lainnya. Hal seperti ini
betul-betul sangat berbahaya khususnya bagi anak-anak dan warga yang melintasinya
dengan kereta. sehingga melalui Program PNPM Mandiri Perdesaan, mereka
berinisiatif untuk membangun jalan yang lebih sempurna agar memudahkan
masyarakat dalam beraktivitas.
Menurut Datok Penghulu (Keuchik/Kades) Kampung Aras Sembilan M.
Saleh, sebenarnya masyarakat sudah lama memimpikan jalan, tetapi warga belum
tahu bagaimana mendapatkan dana untuk pembangunan sarana teransportasi jalan
apalagi jarak tempuh yang dilalui sepanjang 600 M dengan lebar ± 4 M, yang
tentunya membutuhkan biaya besar. “Syukur Alhamdulillah ada PNPM Mandiri
Perdesaan mampu menggerakkan kami semua, memberikan semangat untuk berupaya
merealisasikan Kaki Yamg Rusak Apa Obatnya, Jalan Yang Rusak Pemerintah Obatnya
…….???/ (Jalan Tasirtu),” ujar Datok Penghulu.
Keputusan musyawarah masyarakat di tingkat desa akhirnya
memprioritaskan pembangunan jalan itu di antara sekian usulan lainnya. Pasca
diputuskan, terbesit kekhawatiran bahwa dana yang dialokasikan tidak cukup. Jalan
dipastikan tidak akan terealisasi kalau hanya mengandalkan dana BLM, sebab
harus ada kegiatan-kegiatan prioritas yang lain berbentuk swadaya.
Setelah dikalkulasikan, total kebutuhan dana untuk melaksanakan
pembangunan jalan dengan panjang 600 meter dan lebar 4 meter ini adalah sebesar
Rp. 164.920.000,-
Dengan dikoordinir oleh M. Saleh ,MDSK (LKMD) dan Tim Pelaksana
Kegiatan (TPK) mengupayakan bagaimana agar kegiatan bisa terlaksana. Mereka
mengajak warga untuk membantu dan berpartisipasi dalam kegiatan.
Awalnya banyak warga yang sulit diajak berpartisipasi. Namun,
dengan kegigihan dan kesabaran Perangkat kampung dan Ketua TPK yang terus
mengajak tanpa kenal lelah, akhirnya terciptalah semangat masyarakat.
Dibuktikan dengan terkumpulnya swadaya berupa konsumsi dan tenaga warga dalam
mengangkat material galian C yang berada dilokasi kegiatan tersebut sehingga
secara langsung telah menghemat pembelanjaan bahan material.Yang
menggembirakan, setelah tahu direspon serius, gotong-royong warga untuk
terlibat dan membantu, makin tinggi. Mereka bergiliran mengerjakan pembangunan jalan
ini, dikoordinir oleh TPK. Sedangkan untuk keperluan alat berat, warga
mendatangkannya dari luar, karena tidak memiliki alat berat untuk pembangunan
jalan.
Berkat partisipasi warga dan dukungan dari dana BLM PNPM-MPd
Tahun Anggaran 2013 akhirnya jalan terbangun maksimal dan berkualitas. Kini
masyarakat sangat senang, karena impian menjadi nyata. Warga tidak merasa
was-was lagi ketika melewati jalan yang dulunya harus berpikir matang-matang
ketika akan beraktifitas disiang hari. Apalagi sekarang sudah ada jalan,
aktifitas transfortasi warga bisa dilakukan pada malam hari.
(By : Team Fasilitator, AFK dan UPK PNPM-MPd Kec. Bandar Pusaka)
Editor : Zamzami, ST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar